Kamis, 06 April 2017

PPG UNESA

halo lama ni g posting disini
y  mungkin cuman pas mau nulis dan lagi pengen liat tulisan sendiri blog ini terbuka
#renting e kapan munggah e nek ngene terus ., hahhaha
.
udah lah... biarkan renting blog ini mau naik atau turun.
g penting amat juga hahahah
oh ya
setelah kemarin aye mbolang ke tanah papua.
sekarang ane terdapat di kota seberang  dari kota kelahiran
yup
SURABAYA
.
surabaya yang terkanal ikan hiu(sura) dan buayanya (boyo)
ini akan jd tempat tinggal ku selama 11 bulan .
emang ngekos??? buat apppa????

haha
sori guys
ini adalah wamil kedua.
dalam wamil ini g harus angkat senjata dan bangun pagi..
beda guys
kita wamil di kegiatan ppg nih
profesi  pendidikan guru.

disni aye yang g ada pikiran untuk jadi guru
harus melewati 11bulan digodok jadi guru.
g sembarangan guru lo..
guru profesional dan nnti akan disingkat dengan Gr. di nama belakang aye
Rachman Dian Tri Maharana, S.Pd. Gr #amiiiiiiiiiin ya Raaabbb

pada tanggal 5 februari semua peserta ppg Unesa harus segera merapat utnutk tinggal.
wah asrama..
yup g pernah ngekos, asrama , tapi cukup tinggal jauh dari ortu di paupa kemarin
cukup buat ane yakin bin salim
untuk tinggal disini.,
asrama nya cukup bagus kyk kos2 atau lebih tepat nya rusunawa
.
kita disini kyk kuliah tapi kita belajar tentang profesionalisme guru
g kyk pas kuliah S1 dulu
jadi yang di bahas ya..
gimana cara kita ngajar.
.
kegiatan kita tidak hanya untuk menjadi guru yang baik.
kita juga disibukkan dengan kegiatan ekstra dan kegiatan kegiatan lain.
di sini ak mendapat kepercayaan jadi koordinator Bulutangkis dalam departemen Bakat dan Minat.
.
ada beberapa departemen yang di bentuk.
  1. Departemen Agama, ngurusin yang bissmillah dan agama yang lain, oh ya angkatan PPG kita ada yang nasrani dan Hindu.
  2. Departemen Kesejahteraan, ngurusi kesejahteraan e temen2 PPG, dr ujung rambut kepala sampai kaki, di kita diperhatiin loh sm mereka hahhahhaa
  3. Departemen Pendidikan, yang bergabung disini orang e udah pendidikan dan lebih pendidikan lagi, bingung???? samma hahahhaa
  4. Departemen Humas, nah ini adalah departemen Pencitraan. kenapa?? karena mereka yang memosting seluruh kegiatan yang diadakan oleh temen2 PPG. banyak yang jadi tim sukses e caleg, hahhaha mau caleg?? cari mereka #dan seketika mereka jadi DPO hahhaha
  5. Departemen Bakat dan Minat, ini adalah sekumpulan orang yang paling sibuk diDepartemen. #baca_Sok_sibuk. mereka memfasilitasi temen2 PPG dengan mengadakan Ekstra, ekstra dibuat dengan bakat dan minat teman2 juga. awal kita disini, temen2 yang lain memberi julukan Bakmi ropat rapat terus wong sibuk reg hahhaha. ya itulah penilaian mereka, karena mereka sibuk menyiapkan ekstra yang Bombastis dan spektakkuler. #Ngalay_dikit la hahha. 
  6.  departemen apa ya...... . lupa aku ahhahahaa., sek tak pikir e sek yoo,
  segini dulu yaaa., mau lanjut workhop heehhe
oke jangan lupa untuk bahagia dan terus menulis.,..

Jumat, 19 Agustus 2016

makan puas ya ke papua



Kalau kita pergi ke suatu daereah yang baru, pasti terlintas pertanyaan, “Apa makanan khas daerah ini?”. Itu juga ucap saat pengumuman daerah penempatan pertama kali di AAL, Bumimoro. “ Ini lah 28 pejantan-pejantan tangguh Mamberamo Raya” seperti itulah yang dikatakan Prof. Lutfi kepada kami yang ditempatkan di Mamberamo Raya, Papua. Hah??? Paupua. Masih terangan dalam pikiran, Papua itu dimana???. Hahahha itu pulau paling ujung kanan di peta Indonesia (iya kan di sebelah kanan, heheh. Oke pulau paling timur Indonesia). Beda daerah beda pula makanannya, di Jawa sering makan nasi yang dari beras, di Papua makan papeda dari sagu.
 








Papeda, makanan khas Papua ini memberi pengalaman yang g bakal aku lupain seumur hidup. Waktu itu penempatan Marikai sudah jalan naik speed untuk menuju lokasi tugas. Kami diantar oleh Sekdis Doromi, Pak Basri kepala SMA Negeri Marikai, dan 3 Motoris. Saat itu kita sedang berhenti di pinggir sungai, disitu juga kita bertemu dengan keluarga Sekdis. Mereka menyuruh kita istirahat dan ikut makan bersama, kebetulan masakan sudah selesai. Ada ikan kuah, papeda rebus, papeda bakar ada pula porno (pepeda kering) #bukan_mesum. Ini makanan baru buatku jadi harus di coba semua. Oke pertama kita ambil piring dan sendok (kalau pakek “gata” susah), pertama kita ambil kuah ikan, lalu ambil papeda rebus. Kenapa harus ikan kuah dulu? Karena papeda itu lengket, jadi kita harus kasih dia kuah ikan agar tidak lengket di piring. Papeda yang  kita makan ini berwarna agak coklat dan baunya agag gimana gitu. Rada eneg waktu menciumnya. Rasa itu hilang saat di campur dengan kuah dan daging ikan yang aku ambil tadi. Sambil ngorbol kita makan dengan lahap makan siang itu. “papeda itu baik kesehatan!” celetuk Pak Basri. “iya kah bapak? Kok bisa??” balasku heran. “iya , papeda itu melancarkan pencernaan, kan ini dibuat dari tepung dan air yang banyak. Selain cepat kenyang juga cepat dibuangnya” jelas Pak Basri. Kita bertiga hanya ketawa mendengar itu. Bentar.... kapan terakhir aku buang air besar. Semenjak di Kasonaweja jarang sekali ak buang air besar. Terlebih air disana sangat susah sekali didapat. Ya semoga tidak mules apalagi sampek buang air. Setelah makan kita sempetin foto-foto karena awan disitu sangat bagus.
 










Tak lama itu kita kembali naik speed dan melanjutkan perjalanan. Kita tidak ambil jalur yang pada umumnya, namun kita ambil jalan pintas yang akan mempercepat waktu tempuh kita. Lebar Sungai yang kita lewati itu lebih sempit dari biasanya, hanya selebar 2 speed, itu pun kalau kita berpapasan dengan speed lain dari depan badan speed pasti bersenggolan. Kiri kanan sungai kecil itu hanyalah hutan rawa yang lebat. Terdapat  bekas jembatan yang sudah tidak dipakai. Setengah jam berlalu, hal yang aku takutkan terjadi. Perut gua muleeesss banget!! Asem, mengapa disaat ini? Kenapa mules disini? Siaaal. Oke ane tahan. Kringat dingin sampek keluar dan gerak gerik gua nahan mules ini. Sesuatu yang mengganjal pun seperti teriaak. Keluarrin aku sekarang..... asem ane g kuat nahan. Speed yang kita tumpangi untung lagi ada masalah dengan mesin. Saat itu aku bilang ke doromi, “ bapak saya pengen buang air besar, kalau motornya sudah selesai jangan tinggal saya” “ah bapak sakit perut, santai kita tunggu.” “ bapak, bawa botol isi dengan air” timpa motoris (kayak e dia udh pengalaman pup ditempat ginian). Langsung saja aku ambil botol kosong yang ada di speed dan aku isi air untuk cebok. Ini pertama kali ane pup di sungai, di hutan rawa, di papua yang liar, masih alami, banyak binatang buas, berbahaya, banyak nyamuk dan mungkin ada lintah disini.  Ah peduli amat, yang penting ini bisa keluar dan bikin lega. Speed yang terus bergoyang saat aku berjalan untuk turun dari speed, haduh udah nahan mules di perut perahu goyang juga. Konsentrasi pun terpecah, satu nahan ini hajat biar g keluar disini dan satu menjaga keseimbangan badan agar g jatuh. Aduhh... mules makin menjadi jadi karena konsentrasi terpecah. Aaiiihhhh. Langsung loncat ke pinggiran sungai. Hhaap,,. Lah????? Kaki gua ilang??? Ah enggak cuman mendarat di lumpur. Tuh kan g konsen. Dengan masih menahan biar barang ini g keluar sembarang, ane jalan terengah-engah. Haduh lumpur e berat banget udah berat di perut, berat juga di kaki. Ane jalan menjauh dari pantauan mereka yang ada dikapal sambil nahan mules aku juga  cari tempat yang aman dari bahaya dan pengelihatan mereka. Lumayan jauh aku jalan untuk mencari tempat, akhirnya.  Ini dia tempat yang aku cari. G usah di ceritain. Kalian pasti tau yang harus dilakukan waktu gini kan??? Sensor....... ah akhirnya aku telah menandai di Papua  hahhahaha, ini adalah wilayah kekuasaanku, awas kau injak wilayah ku disini. Hahhaa. Akhirnya aku keluar dari persembunyian dengan wajah sumringah, lega, tak ada beban, seperti hidup kembali dari kematian yang panjang ahahhaahha. Semenjak itu, aku akan berpikir ulang kalau mau makan papeda. Buat yang belum pernah makan papeda ingat ini. Jangan makan papeda pas lagi di perjalan sungai. Susah cari tempat pup, kalau elu mules kayak gua.
saat di Marikai aku juga pernah makan papeda, namum papeda ini baunya harum bau jeruk nipis. Beda sekali dengan papeda yang kita makan saat bersama dengan doromi. Dan warnanya putih, dulu warnanya coklat. Asemm berarti dulu sial ane, dari ketiga temen guru SM3T yang ada di speed cuman ane yang mules pakek banget . ckckck sial amat.
Masih masalah makan selain papeda tentunya. Di Marikai banyak sekali pohon kelapa, di sekolah ada 7 pohon kelapa. Semua tersebar di kedua sisi sekolah SMP Negeri Marikai ada disisi timur dan sisi barat sekolah. kedua sisi tersebut ada komplek guru yang juga tempat kami tinggal. Selama disini kita paling suka minum air kelapa. Di jombang mau minum kelapa aja harus beli rp 10.000,00 perbuah. Lah disini tiinggal suruh anak murid panjat, urusan kelar hahhahaa. Biasanya kita minum kelapa minimal 1 minggu sekali, tapi kalau lagi puengen. Mbeeee jangankan sekali seminggu, 3 kali sehari pun bisa. Dan tiap kali ambil bisa 7 sampai 10 buah, itu belum dipilih mana yang muda mana yang tua kelapanya. Hahhaa. Biasanya kita makan dan minum air kelapa bersama pak sultan bersaa keluarga disana. namun kebahagian makan dan minum bersama itu tak berlangsung lama juni 2016 beliau udah selesai kontrak membangun komplek guru baru.
Disini juga ada pohon durian, bulan desember adalah bulan buah durian. Semua durian yang ada di waropen atas semua berbuah. Durian disini bervariasi ukurannya, ada yang kecil biasanya di jual 5 ribu rupaih, yang agag besar 10 ribu rupiah, dan ada juga durian gajah biasanya di jual 20 rb rupiah. Murah? Iya soalnya ada disini pohonnya. Pas musimmya gini,  kita beli durian 100 ribu rupiah. Dapat 1 karung beras yang isi 25 kg, itu penuh dengan durian. Kita ambil durian yang kecil, kenapa? Selain dapat lebih banyak. Rasa duriannya sangat mantep, legit, harum khas durian dan yang paling penting bijinya kecil dan daging duriannya banyak. Makan durian yang kayak gitu adalah nikmat yang tak akan dapat diungkapkan dengan kata-kata.

 






Waktu liburan pun kadang kita diajak oleh bu haji untuk liburan ke muara Barapasi. Sudah dua kali kita mendapat kesempatan itu. Pertama saat ada libur paskah, kita diajak di muara barapasi. Kita berangkat pagi jam 8 naik speed bu haji, motorisnya adalah syarif, dia juga adalah murid ku di Sma negeri marikai. Saat ada di muara kita menurunkan jaring. Wahh jaring yang disebar panjang juga ada 3 titik yang kita pasang. Pertama, ada ditepat keluarnya muara barapasi. Kedua, agag jauh dari muara arah kelaut. Ketiga, ke arah kiri dari muara barapasi. Begitu jaring ketiga kita turunkan, kita langsung cek jaring pertama yang kita turunkan tadi. Dan Stike...!! hahaha kita dapat ikan di jaring bukan dari tali pancing. Widih.. ikan nya besar – besar. Ada ikan sisik, ikan sembilan, mata bulan, dapat kepiting laut juga, dan kita dapat hiu. Tapi hiu yang kita dapat yang kecil tidak yang besar. Kalau besar kita yang dimakan. #lhaa?. Setelah kita ambil dan naikkan jaring. Kita segera menepi ke muara, disana kita akan bikin para-para(tempat istirahat yang terbuat dari kayu yang disusun menjadi tempat duduk yang agag tinggi) di jawa bilang e bayang. Setelah para –para jadi, lalu kita bikin perapian untuk bakaran hasil dilaut tadi. Disisi para-para, bu haji sedang menyiapkan nasi, sambal, sayur, gorengan, dan air minum yang telah dibawa semenjak tadi. Kini tinggalmenyantap ikan yang dibakar matang. Tak perlu menunggu lama hujan ikan bakar telah datang. Wiiii... sangking banyaknya ikan, kita nasi itu seperti lauk. Gimana tidak, ikan yang didapat aja ada berpuluh2 ekor dan itu tidak di bakar semua. Dan adalagi yang bikin matep. Makan ikan bakar tanpa sambal itu seperti hidup tanpa oksigen. Yap sambal yang dibuatkan oleh bu haji sangat pas pedesnya. Sehingga kita makan ikan saat itu sampai keringetan.
Waktu itu juga pernah kita makan daging ikang goropa(lebih tepatnya  kerapu). Dulu kita pernah dikasih sama pak sultan, tukang yang tinggal disamping rumah kita. Beliau juga yang memberi kita daging kasuari yang sudah di tumis kecap. Beh.... rasanya ituloh mantap. Pokok makan di marikai itu sangat memuaskan. Dua  yang tepat menggambarkan makan di papua ini. Mantap ..  Gila. G pernah makan kayak gini. Surga makanan di sini hehehhe..

budaya khas Marikai



Ane berasal dari Jombang, Jawa Timur dan sekarang ane ditempatin di ujung timur INDONESIA, Marikai. Disini ada tradisi atau budaya yang sudah ada dari dulu. Bukan sembah batu-batu, pohon-pohon tua atau yang lain. Namun budaya goyang, tiap ada acara penting seperti pernikahan, syukuran, ataupun hanya sekedar bikin acara goyang. Untuk selanjutnya kita singkat budaya satu ini dengan “Acara”. Tiap kali mengadakan Acara pasti laksanakan pada malam hari, yang datang dari anak kecil sampai dewasa dan beberapa orang tua, dari yang belum sekolah, sudah sekolah, sampai lulus juga ada. Pada awal ane di marikai, saat itu malam hari, saya turun dengan pak budi. Kita belanja di kios haji membeli telur dan 1 karton mie rebus. Didepan kios adalah sebuah pasar, dan malam itu ternyata banyak orang yang berkumpul di depan kios, sempat bertemu dengan anak murid smp dan sma marikai. Kita baku sapa dengan mereka, “sudah belajar?” “ sudah Pak, ini lagi jalan-jalan” balas mereka dengan senyum manis. Pagi harinya ternyata ada apel pagi. Apel biasanya dilaksanakan pada hari selasa dan jumat, untuk memberitahukan murid-murid untuk pembersihan. Namun ada yang beda pagi itu, Pak Ketut membawa rotan dan siap mencari mangsa. Ternyata benar, pada saat beliau berdiri dan bilang “siapa yang semalam ikut acara?” ucap beliau. Di SMP Negeri Marikai sudah ditanamkan untuk jujur, berkat ketegasan dan kesabaran pak ketut budaya ini sudah mengakar pada anak anak. Maka, tak perlu menunggu lama mereka yang ikut goyang malam kemarin sudah berbaris menghadap ke pak ketut. Hukuman yang selama ini dilakukan adalah di pukul dengan rotan. Dari kelas 7-9 semua banyak yang ikut. Kasihan juga melihat mereka dihukum sperti itu, tapi jika kita nasehati mereka tidaklah mempan. Dipukul saja mereka masih sering goyang, apalagi kita nasehati.
Adalagi, budaya yang sempat saya liat di Marikai. Pernikahan. Kejadian ini sempat saya ikuti pada saat sela-sela kegiatan classmeting yang dilaksanakan di sekolah. Waktu itu pukul 11 siang, setelah classmeting bola voli. Terdengar suara tarbura dari kejahuan,.  Suara Tabura dibunyikan pada saat acara-acara penting seperti penyambutan tamu penting, pernikahan maupun acara adat yang lain. Siang itu saya mendengar suara tabura di dalam rumah. Terkejut mendengar suara tabura yang khas, saya berlari dan tak lupa membawa kamera. Kata murid-murid ada pernikahan di Desa Marikai. Ternyata benar, ada semacam pawai dari Barapasi menuju ke marikai. Pawai yang dilakukan tidak seperti di Jawa, ini lebih mirip bawa dagangan ke pasar #bercanda. Tapi memang, yang aku liat pada rombongan paling depan mereka membawa alat-alat masak. Alat masak seperti kuali dan wajan, namun ukurannya itu lo gedeee banget. Hahah mungkin Papua semua serba besar. Barisan selanjutnya adalah alat makan ada yang bawa piring makan, ada pula yang bawa piring hias yang ukurannya semeja kelas. Pawai itu jalan lumayan jauh, dari SMP Marikai jalan sekitar 10 menit. Arak-arakkan itu sangat ramai panjangnya itu hampir 20 m. Karena hampir semua keluarga ikut mengarak pengatinnya. Ternyata yang punya hajat adalah muridku yang kelas 11 SMA Marikai. Kakak perempuannya menikah dapat orang Barapasi. Untung itu masih di Barapasi, coba kalau calonnya dari Kilo.(desa terjauh dari Marikai). Pawai pagi hari, sampeknya 3 hari kemudian.

Pendidikan Istimewa di Papua



Ikut SM3T kita harus siap ngajar di mana pun berada, iya ngajar di pasar, di dalam laut. Hahha, bukan itu, kita harus siap mengajar di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal yang letaknya di pelosok Indonesia,  Dari Aceh Singkil sampai Merauke #Acehsingkiladasinyaldanlistrik. Daerah yang akan dituju memiliki kesulitan masing-masing, misalnya Papua. Daerah penempatanku adalah di Pulau Papua, yap pulau paling timur dan masih memegang teguh adat mereka. Pertama kali datang ke kita ada 25 guru, disana kita tinggal di asrama guru letaknya di dekat SMA N 1 Kasonaweja. Rumah yang cukup luas untuk kita tinggali sambil menunggu kita di jemput oleh kepala sekolah masing-masing. Pada hari senin kita mengikuti upacara bendera di Dinas. Upacara dimulai jam 7 pagi, peserta upacara terdiri dari kami para guru SM3T dan seluruh pegawai serta staf Dinas Pendidikan Kasonaweja. Jam sudah menunjukkan pukul 7 namun belum juga dimulai dan yang bikin was-was adalah panasnya sinar matahari di kasonaweja. Panasnya bisa matangin telur ceplok. Hm panas banget.
Lalu saat sore hari kita dikumpulkan di sebuah ruang kelas yang berada tidak jauh dari asrama. Acara sore itu adalah arahan singkat dari dinas mengenai Papua, terutama pendidikan yang ada di papua. Ini adalah poin penting dan bekal kita untuk mengajar anak-anak Papua di daerah yang akan kita datangi nanti. Acara yang sederhana itu dibuka oleh bapak Ondo,beliau adalah guru juga di sma kaso. Saat pengarahan berlangsung, ada yang bikin saya terkejut dan akan mengingat kata yang diucapkan oleh Dinas Pendidikan saat itu.
“Kehidupan di Mamberamo Raya ini mirip seperti sungai Mamberamo yang kalian lewati saat menuju kesini, aliran yang berliku panjang dan memiliki arus yang cukup besar. Begitu juga nanti kalau bapak semua telah datang dan mengajar di sekolah tempat tugas, ikuti saja alur yang ada, kalau bisa rubah arah aliran tersebut ke arah yang ingin kalian tentukan. Tapi juka arus yang kalian lawan terlalu berat jangan sampai kalian lawan, nanti kalian yang akan kalah dan meninggal” dari kata yang diucapkan orang itu mungkin begini penjelasannya silahkan kita bikin perubahan yang bagus untuk masyarakat yang ada #tujuansebenarnya. Namun jangan terlalu memaksa nantinya kalian akan dimusuhi dan di usir, yang paling parah mungkin di panah saat kita enak  jalan ke sekolah.
Suasana pendidikan di Marikai bisa di bilang kalau sudah seperti Jawa pada masa lampau, dimana para siswanya banyak, sudah pakai sepatu dan seragam. Namun masih saja ada beberapa anak yang kadang tidak memakai sepatu. Sering kali ane kedapatan mereka tidak pakai sepatu, kaki mereka ane injak, haha ya itung2 bisa injek kaki mereka dan memberi pengertian kalau kesekolah itu harus rapi. Lagi pula sudah ada aturan untuk memakai sepatu. Ketika hujan juga para siswa tidak malas untuk datang sekolah, yang bikin kasihan adalah saat hujan seperti itu baju mereka basah karena hujan, namun saat kedinginan itu pun mereka terus semangat sekolah. Hal yang jarang terjadi di tempat tinggal saya.
Sebenarnya yang membuat siswa SMP ini sangat disiplin adalah kebijakan dan menggunakan strategi yang pas yang digunakan oleh kepala sekolah. Drs. Ketut sudita adalah nama beliau, lahir di bali namum mencerdaskan tanah Papua selama 18 tahun. Ya.. memang pengalaman yang bicara dan terbukti. Beliau telah merubah marikai yang dulunya belantara dan masyarakatnya buta huruf, perlahan berubah mengikuti zaman. Banyak murid yang telah sukses berkat tangan dingin beliau, ada yang jadi Tentara, Polisi, Dosen, dan juga Anggota dewan. Rata-rata semua masyarakat disini adalah murid dari pak ketut. Beliau salah satu idola saya di marikai, berkat pengabdian yang sangat luar biasa beliau telah merubah masyarakat disini kearah yang lebih baik.

 

18 tahun merubah masyarakat papua adalah waktu yang berat dan harus berhati karena sifat masyarakat yang mudah sekali terpancing. Cara yang beliau gunakan juga menggunakan pendekatan kekeluargaan. Beliau menganggap semua masyarakat disini adalah keluarga. Beliau peduli dengan anak-anak mereka seperti anak dia sendiri. Peduli dengan masa depan mereka. Sehingga masyarakat sendiri juga paham apa yang di lakukan untuk masa depan ank mereka. Banyak belajar dari pak ketut, berkat kesabaran dan ketegasan yang beliau lakukan ternyata menyihir saya untuk melalukan hal yang sama.
Para guru yang mengajar di SMP dan SMA Negeri Marikai sebagian besar adalah bukan asli Papua. Kebanyakan mereka dari Sulawesi dan ada juga dari Sumatra dan sisanya adalah asli dari Papua. Untuk guru SMA kebanyakan pendatang (guru kontrak), rata-rata mereka memiliki tanggung jawab mengajar yang bagus, namun setelah mengajar mereka langsung pulang tidak duduk-duduk di kantor sehingga ketika saya tugas piket siang hari di SMA terasa sepi. Guru yang sudah berkeluarga kadang mereka cuman titip catatan ke anak-anak, sehing tak jarang kami masuk kelas mereka untuk mengisi atau pun menjelaskan materi yang ditinggalkan oleh guru tersebut. Saya anggap itu adalah tambahan ilmu buat saya, namun kasihan juga anak-anak sering ditinggali oleh guru tersebut.
Ada juga guru yang hanya datang kesekolah lalu pulang, ini terdapat di SMP marikai. Tiap hari beliau ada jam untuk anak-anak, kadang dia masuk kadang tidak. Kebanyakan sih tidak masuk, saat guru ini tidak masuk awalnya para gruu SM3T yang mengganti. Kita kasih game di kelas, bercerita pengalaman-pengalaman kita, bercanda di kelas, yang penting mereka tidak keluar. Ada pun saat gruu ini masuk, dia hanya sebentar sekali masuk kekelas dan langsung di pulangkan. Lain lagi dengan guru satu ini, ada guru yang ikut calon bupati. Pada bulan Desember 2015, Papua Mamberamo Raya melaksanakan pemilihan Bupati. Pada pemilihan ini ternyata ada salah satu guru yang jadi tim sukses salah satu pasangan yang maju di pemilu saat itu. Hahaha, ada ada saja guru itu. Yang disayangkan adalah hasil dari pemilu itu ganjal sehingga sampai sekarang masih belum jelas siapa Bupati Mamberamo Raya. Pada saat masalah ini di bawa ke MK Jakarta, beliau juga ikut. Dari Desember sampai Maret 2016 beliau mengikuti maslah ini sampai ke Jakarta. Sehingga anak muridnya dilupakan. Hadeh....

Di SMP Negeri Marikai saya diberi kepercayaan untuk menjadi walikelas 7 B. Jumlah muridnya 39 siswa. Cukup banyak untuk ukuran kelas normal, namun bagaimana lagi itu lah mereka. Seiring berjalannya waktu 39 siswa tersbut menjadi 28 siswa, banyak yang pindah dan putus sekolah. Waktu awal semster dua ada kejadian yang sangat menyedihkan. Di kampung bawah, Barapasi, ada rumah yang digunakan oleh siswa kami yang kebanyakan berasal dari Bensor. Dari dulu siswa yang berasal dari Bensor selalu tinggal disini. Bangunan dan tanah yang dipakai adalah pemberian Distrik Waropen atas untuk anak sekolah atas seizin tuan tanah disana. Namun pada saat semester dua kemarin secara mengejutkan sang pemilik tanah akan mengambil tanah tersebut. Alhasil murid yang berasal dari Bensor terpaksa keluar dari rumah tersebut. Sebagian besar murid tersebut kembali ke Bensor, ada juga yang masih tinggal di rumah teman mereka untuk belajar di Marikai.
Kebanyakan murid 7 B berkurang, belum lagi yang malas sekolah yang sering terjadi di kelasku. Ada dua murid yang sering tidak masuk, roy dan jangsong.  Kedua anak ini selalu absen beberapa hari. Saat ak tanya teman yang lain kata murid yang lain, mereka sering mencari dan mancing di laut. Mendengar hal itu, niatan untuk menanyakan hal tersebut ke orang tua mereka. Saat jam pulang sekolah ak ajak anak murid untuk mengantar ak kerumah roy dan jangsong. Jalan ke barapasi yang berjarak 3 km membutuhkan waktu 15 sampai 20 menit. Tujuan pertama adalah rumah jangsong. Saat itu yang saya temui adalah ayahnya jangsong, jangsong sendiri tidak ada dirumah. Sesetelah menceritakan maksud kedatangan saya, awalnya beliau menunjukkan wajah emosi. “pagi –pagi anaknya berangkat sekolah bersama kayoki, pakai seragam juga, berangkat sekolah” “Bapak, Cuma kayoki saja yang sampai kesekolah,  Jangsong tidak sampai, itulah mengapa saya datang untuk menanyakan keberadaan Jangsong” “nanti saat pulang biar saya pukul saja anak itu” mungkin Pak Rumakewi sudah tidak tahan dengan kelakuan anaknya. “Bapak jangan pukul dia, cukup kasih tahu saja kalau dicari sama Pak Dian, sekolah itu penting bapak, kita bisa tau dunia luar dengan sekolah, sekolah juga bisa merubah kehidupan yang begini-begini saja, sekolah penting buat Jangsong, dengan sekolah Jangsong bisa merubah kondisi keluarga, dia juga yang akan meneruskan bapak. Apa bapak tidak ingin melihat jangsong sukses? Saya pengen liat anak2 murid saya berhasil, datang jauh kesini pengen membagi ilmu dengan anak-anak disini”.
Banyak anak di Barapasi, Marikai, Sipis dan Bariwaro yang tidak wajib belajar 12 tahun. Kebanyakan mereka masih belum tahu pentingnya pendidikan, mereka lebih senang mencari ikan, berkebun. Mungkin dengan pendidikan yang spesial di Papua, hal yang mereka senangi akan merubah mereka kearah yang lebih baik. Oke mereka senang mencari ikan, coba ada sekolah perikanan disini, yang mengajarkan mereka membuat tambak, kolam apung, budidaya ikan tawar. Dengan kondisi alam seperti ini, pastilah cocok dengan mereka. Sambil mencari ikan atau buatkan kelas khusus, kita ajari mereka dengan tehnik membaut kolam apung, membuat jaring dsb. Saat itu juga kita belajari hal yang mendasar dalam belajar, hapuskan buta huruf dan berhitung tambah kurang. Begitu juga mereka yang suka berkebun kasih kelas pertanian.
Di tanah marikai terdapat tiga sekolah, yakni SD, SMP dan SMA. Sekolah Dasar Negeri Inpres Marikai letaknya  di sebelah utara dari SMP Negeri Marikai. SD ini hanya memiliki 4 ruang kelas, dan tiap ruang kelas digunakan untuk dua kelas. Fasilitas toilet dan papan tulis saja sangat kurang bahkan ada di salah satu kelas memiliki papan tulis kecil yang berukuran sekitar 60 x 40 cm. Dulu saat pertama kali datang ke SD, kita kecapekan karna jarak yang ditempuh lumayan jauh yaitu sekitar 1 km 10 – 15 menit dengan jalan kaki. Muridnya banyak sekitar 100 siswa dari kelas 1 sampai kelas 6. Tenaga pengajar yang saya kenal dengan baik cuman pak Jhon Bubia, beliau adalah guru kelas 4, dari guru SD yang lain beliau sangat menghargai pendidikan di SD. Banyak guru SD yang malas datang kesekolah bahkan ada guru yang tinggal di lingkungan sekolah tidak datang untuk mengajar. Beda dengan pak Jhon, beliau memiliki tanggung jawab pada tugasnya, ya walopun sering juga tingglin teman saya ngajar sendiri di SD. Tapi pak Jhon  masih lumayan dari pada guru yang lain. Pernah saat ada pembersihan di Lingkungan SD saya ikut datang dengan Udin yang tugas di SD. Pada saat istirahat, kita makan bersama dan menu makanan yang menggoda, yups papeda dengan ikan kuah. Saat tu pak jhon sangat senang akan kedatangan saya, beliau mengambilkan saya makan. Dan kegembiraan di pak jhon berbalik dengan saya pada saat beliau ambilin papeda untuk saya. Dia memberi saya porsi kuli papua. Jadi piring itu sudah saya isi denganikan kuah lalu ditambahi oelh pak jhon dengan papeda porsi papua. Isi piring itu seperti gunung yang besar dan tinggi. Dalam hati haduh gimana cara abisinnya?????.  Wajah bingung saya ternyata dibaca oleh pak jhon. Lalu dia. Menawarkan untuk menghabiskannya jika saya tidak kuat. Ah leganya, hehe. Dengan begitu makan papeda saat itu adalah surga marikai saya.

Kamis, 18 Agustus 2016

2015 - 2016 tinggal di pedalaman



Pada april 2015 ane sudah menyelesaikan pendidikan S-1 di salah satu Sekolah tinggi Kependidikan di kota kelahiran saya. Angan –angan setelah lulus saya harus apa? ngajar? Kuliah lagi? Atau kerja?. Pada waktu itu saya sudah mendapat sekolah  untuk ngajar, yap selama mengerjakan skripsi saya juga ngajar di SMP Bahrul Ulum, itung –itung cari pengalaman dan uang tambahan. Namun pertanyaan itu terus muncul dalam benak, mengusik batin selama aku belum menentukan arah kedepan kelanjutan kehidupanku.
AHMAD ARIADI. Salah teman guru di SMP Bahrul Ulum, juga teman sekuliah namun beda prodi memberi sebuah informasi yang bagus. Dia bercerita kalau ada program SM3T dari DIKTI, SM3t diperuntukkan sarjana keguruan untuk mengajar di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Ternyata dua teman kami juga sudah ikut program bagus ini, andik di tempatkan di mamberamo raya dan ayu yang di tempatkan di sumba. Banyak tempat yang menjadi sasaran dari SM3T yang jelas di luar Pulau Jawa, di pinggir perbatasan Negera, atau pun  di daerah terpencil masuk kehutan seperti papua dan kalimantan. Tujuan SM3T juga bagus yap meratakan pendidikan di seluruh Indonesia. Salah satu program yang didukung oleh pemerintah selain Indonesia Mengajar yang tujuannya sama dengan SM3T.
Mendengar cerita dari Ariadi, aku jadi ingat pembicaraan teman sekelas sewaktu SMA. Dulu pernah kita bicara tentang papua, kehiudpan masyarakat yang masih sangat tradisional, perang antar suku yang mudah sekali terjadi, ataupun adat istiadat yang masih kuno. Disaat asyik kita bicara tentang papua, Agung teman sebangkuku berkata ”kalau kita tinggal di Papua, bagaimana ya rasanya?” “aduhh... jangan sampai, nanti kita bisa mati kena tombak...!” timpa aku. Haha memang papua sangat misterius buat kami, bagaimana tidak saat kita enak-enak jalan pagi, menikmati udara yang segar. Tiba-tiba. Jlleeeebbb... panah tembuh dari punggung ke dada. Belum lagi kalau tidak ada yang tolong kita. Ngenesss banget tinggal disana #baca_papua.
Namun seiring bertambah usia pemikiran yang lebih sedikit matang. Kenangan masa lalu itu telah berubah menjadi rasa penasaran buat aku tuk eksplore Indoneisa. Bagaimana kehidupan di luar Jawa? Menyenangkan kah tinggal didaerah yang bukan asli tempat tinggal kita? sebuah rasa yang kini jadi tekad untuk eksplor Indonesia. Mungkin tak sekedar keliling daerah baru, tapi juga untuk berbagi ilmu hasil dari aku belajar selama empat tahun. Dari keliling tempat baru mungkin ak dapat pengalaman yang banyak, keluarga, teman dan tentunya petualangan yang seru. Mumpung masih muda jadilah seorang yang berguna bagi orang lain, selama badan masih kuat mengapa tidak, selama otak masih segar apa salahnya belajar hal yang baru, selama ada jalan mengapa tidak kita coba. Kalau kita niat pasti Allah memberi jalan. Amin.
Dan saat itulah aku putuskan untuk ikut SM3T.
.
Rachman Dian Tri Maharana, S.Pd penempatan SMA Negeri Marikai. namaku saat dipanggil di apel bersama di Dinas Pendidikan Mamberamo Raya. 28 guru SM3T Mamberamo Raya akan ditempatkan di 7 wilayah di Mamberamo Raya, salah satunya adalah Marikai. Marikai? Marikai entah dimana itu setidak e aku tidak sendiri disana ada dua teman lagi yang ditempatkan sama dengan aku, panggil saja Udin dan Budi. Dua teman baruku ini berasal dari Sidoarjo dan Nganjuk. Mereka juga dari LPTK yang sama Unesa. Aku dan budi di SMA Negeri marikai dan si Udin dia di SDN Marikai. Pemberangkatan akan menunggu dari Kepala Sekolah yang akan menjemput kita, syukur Alhamdulilah kita akan berangkat dengan Sekdis dan Kepala SMA Marikai.
Selama bertugas di daerah penempatan kita di beri tugas untuk menceritakan semua kondisi yang ada di di daerah penempatan. Masalah bercerita secara pribadi saya merasa kesulitan, karena selalu bingung bagaimana permulaan ceritanya. Ya sudah akhirnya ak bikin seperti ini hahaha. Oke yang seperti ini itu maksudnya adalah, ane mau bikin perbab. Bukan urutan kejadian –kejadian mulai dari awal kita datang sampai kita pulang, tapi per bab. Misal budaya marikai, akan berisi tentang budaya budaya yang ada di tempat penugasan aku. Ya mungkin seperti itu, nggak usah lama lama, ayo baca cerita anak rumahan yang jalan-jalan ke papua.

PPG UNESA

halo lama ni g posting disini y  mungkin cuman pas mau nulis dan lagi pengen liat tulisan sendiri blog ini terbuka #renting e kapan mungga...