Jumat, 19 Agustus 2016

budaya khas Marikai



Ane berasal dari Jombang, Jawa Timur dan sekarang ane ditempatin di ujung timur INDONESIA, Marikai. Disini ada tradisi atau budaya yang sudah ada dari dulu. Bukan sembah batu-batu, pohon-pohon tua atau yang lain. Namun budaya goyang, tiap ada acara penting seperti pernikahan, syukuran, ataupun hanya sekedar bikin acara goyang. Untuk selanjutnya kita singkat budaya satu ini dengan “Acara”. Tiap kali mengadakan Acara pasti laksanakan pada malam hari, yang datang dari anak kecil sampai dewasa dan beberapa orang tua, dari yang belum sekolah, sudah sekolah, sampai lulus juga ada. Pada awal ane di marikai, saat itu malam hari, saya turun dengan pak budi. Kita belanja di kios haji membeli telur dan 1 karton mie rebus. Didepan kios adalah sebuah pasar, dan malam itu ternyata banyak orang yang berkumpul di depan kios, sempat bertemu dengan anak murid smp dan sma marikai. Kita baku sapa dengan mereka, “sudah belajar?” “ sudah Pak, ini lagi jalan-jalan” balas mereka dengan senyum manis. Pagi harinya ternyata ada apel pagi. Apel biasanya dilaksanakan pada hari selasa dan jumat, untuk memberitahukan murid-murid untuk pembersihan. Namun ada yang beda pagi itu, Pak Ketut membawa rotan dan siap mencari mangsa. Ternyata benar, pada saat beliau berdiri dan bilang “siapa yang semalam ikut acara?” ucap beliau. Di SMP Negeri Marikai sudah ditanamkan untuk jujur, berkat ketegasan dan kesabaran pak ketut budaya ini sudah mengakar pada anak anak. Maka, tak perlu menunggu lama mereka yang ikut goyang malam kemarin sudah berbaris menghadap ke pak ketut. Hukuman yang selama ini dilakukan adalah di pukul dengan rotan. Dari kelas 7-9 semua banyak yang ikut. Kasihan juga melihat mereka dihukum sperti itu, tapi jika kita nasehati mereka tidaklah mempan. Dipukul saja mereka masih sering goyang, apalagi kita nasehati.
Adalagi, budaya yang sempat saya liat di Marikai. Pernikahan. Kejadian ini sempat saya ikuti pada saat sela-sela kegiatan classmeting yang dilaksanakan di sekolah. Waktu itu pukul 11 siang, setelah classmeting bola voli. Terdengar suara tarbura dari kejahuan,.  Suara Tabura dibunyikan pada saat acara-acara penting seperti penyambutan tamu penting, pernikahan maupun acara adat yang lain. Siang itu saya mendengar suara tabura di dalam rumah. Terkejut mendengar suara tabura yang khas, saya berlari dan tak lupa membawa kamera. Kata murid-murid ada pernikahan di Desa Marikai. Ternyata benar, ada semacam pawai dari Barapasi menuju ke marikai. Pawai yang dilakukan tidak seperti di Jawa, ini lebih mirip bawa dagangan ke pasar #bercanda. Tapi memang, yang aku liat pada rombongan paling depan mereka membawa alat-alat masak. Alat masak seperti kuali dan wajan, namun ukurannya itu lo gedeee banget. Hahah mungkin Papua semua serba besar. Barisan selanjutnya adalah alat makan ada yang bawa piring makan, ada pula yang bawa piring hias yang ukurannya semeja kelas. Pawai itu jalan lumayan jauh, dari SMP Marikai jalan sekitar 10 menit. Arak-arakkan itu sangat ramai panjangnya itu hampir 20 m. Karena hampir semua keluarga ikut mengarak pengatinnya. Ternyata yang punya hajat adalah muridku yang kelas 11 SMA Marikai. Kakak perempuannya menikah dapat orang Barapasi. Untung itu masih di Barapasi, coba kalau calonnya dari Kilo.(desa terjauh dari Marikai). Pawai pagi hari, sampeknya 3 hari kemudian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PPG UNESA

halo lama ni g posting disini y  mungkin cuman pas mau nulis dan lagi pengen liat tulisan sendiri blog ini terbuka #renting e kapan mungga...