Ane berasal dari Jombang, Jawa Timur dan sekarang
ane ditempatin di ujung timur INDONESIA, Marikai. Disini ada tradisi atau
budaya yang sudah ada dari dulu. Bukan sembah batu-batu, pohon-pohon tua atau
yang lain. Namun budaya goyang, tiap ada acara penting seperti pernikahan,
syukuran, ataupun hanya sekedar bikin acara goyang. Untuk selanjutnya kita
singkat budaya satu ini dengan “Acara”. Tiap kali mengadakan Acara pasti
laksanakan pada malam hari, yang datang dari anak kecil sampai dewasa dan
beberapa orang tua, dari yang belum sekolah, sudah sekolah, sampai lulus juga
ada. Pada awal ane di marikai, saat itu malam hari, saya turun dengan pak budi.
Kita belanja di kios haji membeli telur dan 1 karton mie rebus. Didepan kios
adalah sebuah pasar, dan malam itu ternyata banyak orang yang berkumpul di
depan kios, sempat bertemu dengan anak murid smp dan sma marikai. Kita baku
sapa dengan mereka, “sudah belajar?” “ sudah Pak, ini lagi jalan-jalan” balas
mereka dengan senyum manis. Pagi harinya ternyata ada apel pagi. Apel biasanya
dilaksanakan pada hari selasa dan jumat, untuk memberitahukan murid-murid untuk
pembersihan. Namun ada yang beda pagi itu, Pak Ketut membawa rotan dan siap
mencari mangsa. Ternyata benar, pada saat beliau berdiri dan bilang “siapa yang
semalam ikut acara?” ucap beliau. Di SMP Negeri Marikai sudah ditanamkan untuk
jujur, berkat ketegasan dan kesabaran pak ketut budaya ini sudah mengakar pada
anak anak. Maka, tak perlu menunggu lama mereka yang ikut goyang malam kemarin
sudah berbaris menghadap ke pak ketut. Hukuman yang selama ini dilakukan adalah
di pukul dengan rotan. Dari kelas 7-9 semua banyak yang ikut. Kasihan juga
melihat mereka dihukum sperti itu, tapi jika kita nasehati mereka tidaklah
mempan. Dipukul saja mereka masih sering goyang, apalagi kita nasehati.
Adalagi,
budaya yang sempat saya liat di Marikai. Pernikahan. Kejadian ini sempat saya
ikuti pada saat sela-sela kegiatan classmeting
yang dilaksanakan di sekolah. Waktu itu pukul 11 siang, setelah classmeting bola voli. Terdengar suara
tarbura dari kejahuan,. Suara Tabura dibunyikan
pada saat acara-acara penting seperti penyambutan tamu penting, pernikahan
maupun acara adat yang lain. Siang itu saya mendengar suara tabura di dalam
rumah. Terkejut mendengar suara tabura yang khas, saya berlari dan tak lupa
membawa kamera. Kata murid-murid ada pernikahan di Desa Marikai. Ternyata
benar, ada semacam pawai dari Barapasi menuju ke marikai. Pawai yang dilakukan
tidak seperti di Jawa, ini lebih mirip bawa dagangan ke pasar #bercanda. Tapi
memang, yang aku liat pada rombongan paling depan mereka membawa alat-alat
masak. Alat masak seperti kuali dan wajan, namun ukurannya itu lo gedeee banget.
Hahah mungkin Papua semua serba besar. Barisan selanjutnya adalah alat makan
ada yang bawa piring makan, ada pula yang bawa piring hias yang ukurannya
semeja kelas. Pawai itu jalan lumayan jauh, dari SMP Marikai jalan sekitar 10
menit. Arak-arakkan itu sangat ramai panjangnya itu hampir 20 m. Karena hampir
semua keluarga ikut mengarak pengatinnya. Ternyata yang punya hajat adalah
muridku yang kelas 11 SMA Marikai. Kakak perempuannya menikah dapat orang Barapasi.
Untung itu masih di Barapasi, coba kalau calonnya dari Kilo.(desa terjauh dari Marikai).
Pawai pagi hari, sampeknya 3 hari kemudian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar